Rabu, 28 Agustus 2013

Jatuh Cinta Karena Terbiasa (Part 2)

Tanganku memegang sebuah kotak kecil yang ku simpan di atas lemari bajuku. Kotak yang mengingatkanku tentangmu. Ketika aku membuka kotak tersebut, aku memang kembali mengingatmu. Ternyata isi dari korak kecil ini adalah smeua pemberian darimu.

Kamu tahu? Semenjak kamu pergi begitu saja dari hidupku, aku merasa dunia ini sepi. Tak ada lagi kamu yang selalu mengantarkan bubur kesukaanku. Tak ada lagi kamu yang menemaniku melalui malam yang sepi. Nyatanya memang kau sudah pergi menjauh.

Sayang? Aku merindukanmu. Merindukan semua yang pernah kita lalui. Kenangan tentangmu masih teringat jelas di fikiranku. Tapi itu dulu, Saat ini aku sedang dekat dengan seorang wanita. Dia mirip sepertimu. Dia lucu, baik, dan perhatian. Kami satu sekolah, dan aku menyukainya.
Rasa yang saat ini aku alami, sama seperti dulu kerika aku menyukaimu. Awalnya, aku memang tidak bisa melupakanmu. Tapi karena aku terbiasa tanpamu, sekarang aku sudah bisa menghilangkan perasaan ini padamu.

Mungkin kamu ada benarnya juga, kamu bilang “jatuh cinta itu datang karena terbiasa” nyatanya memang begitu. Aku jatuh cinta adanya karena terbiasa,  biasa barengbareng, biasa mengerjakam tugas bareng, sama seperti kita dulu.

Sayang, sampai detik ini. Ketika aku menuliskan surat ini. Aku belum bisa menghilangkan kenangan kita. Walaupun kini aku mencintai wanita lain. Tapi aku masih mengingat kenangan kita. Bukankah manusia tidak akan bisa melupakan kenangan? Move on bukan berarti menghilangkan ingatan, tapi move on itu berarti menghilangkan perasaan :)


Sekali lagi kau benar. Aku jatuh cinta padanya karena terbiasa :)

Jumat, 16 Agustus 2013

Jatuh Cinta Karena Terbiasa (part1)

Katamu "aku yakin kamu pasti bisa jatuh cinta padanya. Ingat, jatuh cinta datang karena terbiasa"

Aku mengingat kejadian beberapa hari yang lalu. Ketika kita sedang makan di sebuah rumah makan yang sederhana. Saat kau menatapku, aku bisa merasakan tatapan itu lagi. Tatapan itu bilang padaku bahwa saat ini kau sedang membutuhkan seorang pria yang bisa ada disaat kau membutuhkannya. Aku tahu, tentu saja pria itu bukan aku.

Kau sedang mengharapkannya, seorang pria yang selama ini kau idamkan. Bagiku, pria itu sempurna. Sangat sempurna. Lalu kamu meneruskan pembicaraan kita yang sempat terputus tadi. "kau menyukainya?" tanyamu tiba-tiba. "bisa jadi, dia sama sepertimu, dia baik, manis, tapi rasanya sulit untuk mencintainya" ucapku dengan sedikit senyuman.

"kenapa? Bukankah wanita itu sama sepertiku? Lalu kenapa kau tak bisa mencintainya?" tanyamu lagi. "dia memang sama sepertimu. Tapi dia tak sepenuhnya bisa mengantikanmu! Dia hanya bisa mengisi seperempat hatiku. Dia tak bisa menggantikanmu!!" ucapku. Sepertinya airmata ku mulai menetes. Jangan salah sangka dulu, aku bukan pria lemah. Ketika hatinya merasa tersakiti, terkadang pria sekuat apapun, pasti akan menangis.

"sudahlah kau jangan menangis, aku tak bisa melihatmu menangis" ucapmu. Lalu kau menawarkan ku sebuah pelukan. Aku bisa merasakan itu lagi, pelukan yang hangat yang bisa membuat airmataku berhenti sejenak. "aku tak ingin kau terus mengharapkanku. Aku ingin melihatmu bahagia. Aku tahu, aku tidak akan bisa membuatmu bahagia, jadi pergilah bersamanya" ucapmu singkat.

"aku tahu, tapi aku lebih mencintaimu. Aku hanya sedikit menyukainya" ucapku. "aku yakin kamu pasti bisa jatuh cinta padanya. Ingat, jatuh cinta datang karena terbiasa" jawabmu. Kamu tersenyum tipis. Ah, aku merindukan senyuman itu.

"ya, kamu benar. Jatuh cinta datang karena terbiasa. Sama seperti kita dulu" ucapku. "pergilah, kau pasti bahagia bersamanya" ucapmu singkat. Kemudian kau pergi dengan menggandeng seorang pria yang daritadi memperhatikan kita dari luar cafe. Seorang pria yang kau cintai dan kau harapkan. Kau benar, jatuh cinta datang karena terbiasa. Jatuh cinta karena terbiasa. Aku akan mencobanya.