Sabtu, 20 Desember 2014

5 cerita di 5 bulan kedekatan kita

Selamat malam. Aku begadang semalaman hanya untuk menuliskan cerita ini. Aku tidak menyangka sudah 5 bulan kita dekat. Memang sejak satu tahun yang lalu kita berteman, tapi selama 5 bulan ini semakin memperdalam kedekatan kita. Bahkan selama 5 bulan ini, aku sudah memendam semuanya. Semua yang tidak kamu ketahui. Kau tidak tahu kan? Ah sudahlah. Mana mungkin kau mengetahui apa yang kau pendam. Bahkan kau tak akan pernah mau tau kan? Yang kau pedulikan hanyalah wanita itu. Wanita yang sangat kau kagumi.

Tidak terasa aku sudah menuliskan 5 cerita. Awal cerita ini kutulis di bulan Agustus. Disana aku menceritakan awal kita dekat. Saat pertama kali aku memendam rasa ini. Saat kau menghancurkan harapanku, hingga saat kau mengagumi wanita itu. Aku menceritakan semuanya. Menceritakan tentang kamu.

Semoga akan ada harapan baru di bulan selanjutnya. Di bulan ke 6 kedekatan kita. Sekaligus di tahun yang baru, 2015. Semoga akan ada cerita baru. Kenangan manis di dalamnya. Bukankah waktu itu kau mengajakku membuat kenangan baru lagi? Ya, bersamamu. Aku harap semua itu akan terwujud nanti. Keinginanku di tahun 2015, aku hanya ingin membuatmu bahagia. Tapi bahagia bersamaku. Mungkin itu akan terjadi, jika saja kau mau melupakan kenangan pahit itu. Bagaimana bisa aku membuatmu bahagia, kalau kamu masih saja mempertahankan hal yang pahit? Apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu bahagia? Aku hanya tidak mau di anggap sebagai perusak hubungan orang, sayang.

Aku tidak bisa membuatmu bahagia, jika kamu masih tetap bersamanya. Tapi jika selama ini kau bahagia dengannya, itu bagus. Tandanya aku sudah berhasil membahagiakanmu. Meski harus aku yang terluka.


Semoga di bulan ke 6 nanti, akan ada cerita baru. Nanti, akan ku tuliskan cerita baru lagi, yang tentunya dipenuhi dengan kenangan manis. Aku harap nantinya kau sadar akan semuanya. Jika memang dia yang terbaik untukmu, dia pasti akan membuatmu bahagia. Bukan malah menyiksamu seperti ini. Aku harap kau bahagia dengannya. Akan ku tulis lembaran baru, cerita baru, yang mungkin tidak ada kamu lagi di dalamnya. Mungkin karena aku terlalu sibuk mencintaimu, hingga sekarang ini aku baru sadar, bukan aku yang ada dihatimu.

Dari seorang wanita, yang menginginkan kamu kembali seperti dulu.

Minggu, 14 Desember 2014

Apakah kamu pantas untuk aku pertahankan?

Sebelum membaca ini, salah satu penulis favorite ku pernah bilang bahwa “tidak semua yang saya tulis adalah saya, dan tidak semua yang kamu baca adalah kamu-Dwitasari”

Hai. Mungkin ketika aku menuliskan ini, kau masih tetap bersamanya. Bersama wanita yang kamu pilih. Aku tahu, wanita itu bukan aku. Selamat atas semuanya, bahkan aku sama sekali tidak menduga bahwa pada akhirnya kau akan memilih dia. Entah kenapa rasa sakit itu ada ketika aku mendengar berita tentang kalian. Apa ini yang dinamakan cemburu?

Aku bingung dengan semuanya. Kau bertindak seolah-olah kau punya rasa. Kau bertindak seolah-olah kau menginginkanku kembali. Aku tidak membutuhkan itu semua. Aku hanya membutuhkan tindakan nyatamu. Jika memang kau punya rasa, kenapa kamu tidak menunjukkannya lewat tindakan nyata? Jika kamu punya rasa, kenapa kamu tetap bersamanya? Kau tetap bersamanya, sedangkan perhatianmu juga tetap kau arahkan padaku. Apa maumu?

Aku lelah dengan semua ini. Aku lelah harus menebak nebak apa keinginanmu. Aku lelah harus menebak apa isi hatimu. Setiap kali aku ingin pergi, kau bertindak seolah-olah tidak ingin kehilanganku. Ketika aku mencoba untuk melupakanmu, kau bertindak berbeda, dan kamu berhasil membuatku gagal untuk melupakanmu. Jika kau memang punya rasa, kenapa kau masih tetap beramanya? Apa kau juga tidak ingin kehilangan dia? Aku rasa iya.

Mungkin aku salah telah mempertahankan mu selama ini. Jujur, memang sulit rasanya mempertahankan orang yang juga mencintai wanita lain. Aku bingung pada semuanya, ketika aku ingin pergi, ada yang melarangku untuk melakukan itu. Mamaku yang mulai menyukaimu. Sepertinya kau pintar menarik hati orang lain ya? Seringkali beliau menanyakanmu. Bahkan ketika kau tidak berkunjung ke rumahku, beliau juga tetap menanyakanmu. Tapi anehnya, ketika orang tua saling merestui, malah kita yang tidak bisa satu. Mungkin ini belum waktunya.

Jika kamu di hadirkan oleh dua pilihan, bukankah kamu harus berani untuk kehilangan salah satunya? Jika kamu memilihku, maka kamu harus berani untuk kehilangannya. Begitu pula sebaliknya, jika kamu memilih dia, maka kamu harus berani kehilanganku. Jika kamu memilih dia, aku akan pergi. Pertanyaan yang selalu ada dalam fikiran ku, apakah kamu pantas untuk aku pertahankan? Jika memang iya, lakukanlah apa yang harus kamu lakukan. Yang aku butuhkan hanyalah tindakan nyata, bukan hanya sekedar kata-kata dan harapan kosong.


Untuk kamu, seseorang yang bahkan tidak tahu hatinya untuk siapa.

Aku tidak mengerti..

Sebelum membaca ini, salah satu penulis favorite ku pernah bilang bahwa “tidak semua yang saya tulis adalah saya, dan tidak semua yang kamu baca adalah kamu-Dwitasari”

Hai. Sudah lama kita jadi canggung seperti ini. Semua itu berawal ketika aku tahu bahwa kau mencintai wanita lain. Wanita itu bukan aku. Masih ingatkah kamu tentang kejadian ini? Perbincangan terakhir kita yaitu pada saat kita sedang makan bersama di sebuah cafe. Kau bilang padaku, bahwa kamu juga mencintai wanita itu. Wanita yang kamu tunggu-tunggu. Wanita yang berhasil membuatmu jatuh cinta. Apakah pada saat itu kau tau perasaanku? Apakah kau mengerti, bagaimana rasanya menjadi wanita yang terlanjur mencintai sahabatnya sendiri?
Setelah kejadian itu, semuanya berbeda. Kita tak lagi bertegur sapa saat bertemu. Bahkan menoleh ke arahmu pun aku tidak mau. Terlalu amat sakit untuk menjelaskan semuanya. Rasanya aku ingin membencimu, tapi semua itu mustahil. Rasa ini lebih besar daripada rasa benciku kepadamu. Hampir beberapa minggu kita tidak saling berbicara. Bahkan ketika kau menuliskan pesan singkat untukku, tidak ada niat sedikit pun untuk membalasnya. Hingga akhirnya kau memulai pembicaraan terlebih dahulu. Perkataanmu itu membuatku sadar, bahwa yang aku lakukan selama ini salah. “Kenapa kamu jadi seperti ini? Kenapa pesan singkat dariku tak pernah kau balas? Aku tidak suka kamu yang seperti ini. You changed”

Akibat perkataanmu itu, aku kembali seperti dulu. Aku mulai membalas pesan singkatmu. Kita mulai bertegur sapa kembali, dan kau berhasil membuatku memiliki rasa ini (lagi). Beberapa bulan setelah itu, kau mematahkan harapanku. Ingatkah kamu? saat kau mengadakan acara di rumah mu. Kau memperkenalkan dia. Wanita yang telah berhasil menaklukan hatimu. Tentu saja itu bukan aku. Hal yang mustahil. Apakah kamu tahu bagaimana perasaanku saat itu? Ingin rasanya aku menangis saat itu juga. Tapi aku sadar, meskipun aku menangis selama mungkin, kau tetap tidak akan mengarahkan pandanganmu ke arahku.

Aku bingung pada semua ini. Setelah kejadian itu, kau bertindak seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Kau bertindak seperti sedang tidak menyakiti siapa pun. Kau tetap mengirimkan pesan singkat untukku. Kau tetap bertindak seolah-olah kau menyukaiku. Aku tidak peduli hal itu. Karena bisa saja, itu hanya rangkaian kata yang kau buat. Bukankah dulu kau pun pernah begitu? Bertindak seolah kau punya rasa, padahal kau juga punya rasa untuk wanita lain. Hal itu yang membuatku takut untuk mempercayaimu kembali.

Anehnya lagi, ketika wanita yang kamu pilih tidak sesuai dengan harapanmu. Kau kembali ke arahku. Kau menanyakan kabarku dan bertindak seperti dulu lagi, saat pertama kali kau membuatku jatuh cinta. Tetapi sampai saat ini aku tidak begitu memperdulikanmu. Yang aku takutkan, kamu hanya menjadikanku pelarian saat wanita yang kamu pilih, mengabaikanmu.


Dari aku, wanita yang sering membohongi perasaannya sendiri. Demi melihatmu bahagia.

Sabtu, 01 November 2014

Drama

                Kedekatan kita selama ini terlalu singkat jika disebut pertemanan. Kedekatan ini juga terlalu jauh jika disebut lebih dari teman. Kita sama-sama belum bisa melupakan masa lalu, karena itulah kita bisa sedekat ini. Kedekatan ini semakin bertambah ketika kita harus sama-sama membuka hati agar tidak berlarut dengan masa lalu. Ya, kamu membuka hatimu untukku, begitu pula sebaliknya. Memang membutuhkan waktu yang tidak sebentar, karena luka lama masih tersimpan.

                Kau mengembalikkan senyumanku yang dulu. Kau hadir dan membuatku merasakan rasa itu lagi. Sapaan lembut disetiap pagi dan malammu membuatku luluh, dan membuatku benar-benar siap membuka hati untuk orang baru, kamu.

                Hari berganti, kita semakin dekat. Bahkan kau juga lebih sering mengajakku pergi walaupun hanya sekedar makan bersama. Semakin lama, perasaan ini semakin berbeda. Rasa yang lebih dari teman, rasa ingin memiliki. Tapi perkataanmu semalam membuatku ingin membuang jauh-jauh perasaan itu. Kau mengatakan bahwa kau sedang menyukai wanita lain, dan aku tahu wanita itu bukan aku. Mungkin pernah, tapi sekarang tidak.

                Bagaimana bisa, aku yang membuatmu untuk move on, tapi kau malah move on ke wanita lain. Bagaimana bisa, aku yang hadir di setiap malammu tapi kau malah hadir disetiap malamnya. Bagaimana bisa, aku yang mencintaimu dengan sangat dalam, tapi kau malah mencintainya.

                Sekarang setelah semuanya sudah terlanjur terjadi, siapa yang harus disalahkan? Kita tidak mungkin menyalahkan takdir, atau mungkin memang kita berdua yang salah? Ya, aku yang salah karena telah menganggap semua perhatianmu nyata. Kamu pun salah karena telah membuatku jatuh cinta.
                Bahkan sampai saat ini aku masih belum menemukan jawabannya. Aku masih bingung harus menyebut hubungan kita ini apa? Tetapi aku sadar, bahwa selama ini kita sedang bersama, bukan bersatu. Entah drama seperti apa yang sedang kau mainkan, yang jelas aku terjebak, dan aku beneran sayang sama kamu.


Selasa, 26 Agustus 2014

Harapan..

Ternyata yang aku takutkan terjadi, rasa ini semakin membesar, sementara kau hanya memberikanku harapan palsu. Mungkin aku yang selama ini terlalu berharap lebih. Mungkin aku salah mengartikan perhatianmu, aku tau sejak awal kau menganggapku hanya sebagai teman, tidak akan pernah lebih dari itu. Tapi salahkah jika aku berharap? Tentu saja aku salah, jika berharap kepada orang sepertimu. Seharusnya aku tau sejak awal, jika perhatian kecilmu hanya sebatas perhatian sebagai teman, tidak lebih. Aku yang bodoh karena telah menganggapnya berlebihan.
Percakapan kita semalam membuatku semakin yakin bahwa kau hanya menginginkan hubungan ini sebatas pertemanan saja. Ingatkah kamu saat kau memanggilku teman? Ada perasaan yang tak bisa ku jelaskan. Aku bahagia, tapi hati kecilku merasakan sakit. Harus aku sebut apa perasaan ini? Perasaan ini semakin membesar, terlebih saat kau memanggilku dengan sebutan sayang. Saat kau memanggilku seperti itu, tentu saja rasanya aku ingin terbang, tapi otakku menyuruhku untuk tidak terbang dulu, karna takut aku terjatuh lagi.
Beberapa kali otakku sudah menyuruhku pergi. Tapi entah mengapa sampai detik ini aku masih bertahan. Aku masih menyimpan perasaanku padamu. Aku masih menyukai perhatian kecilmu. Aku masih sering merindukan suaramu. Ini memang cinta. Aku mulai menyayangimu, sahabatku.
Bukan cinta yang salah, ini hanya masalah waktu. Biarlah rasa ini mengalir dengan sendirinya. Jika memang akhirnya tak seindah yang ku bayangkan, mungkin Tuhan sedang mempersiapkan orang yang nantinya akan membahagiakanku. Jika memang akhirnya seindah yang ku bayangkan, mungkin Tuhan mempersilahkan aku untuk bahagia terlebih dahulu :)
Terimakasih untuk semua perhatian yang kau berikan. Terimakasih untuk semua harapan palsu yang kau berikan. Mungkin aku yang salah mengartikan semua ini. Mungkin aku yang salah karena telah mengharapkanmu. Selamat malam harapanku, selamat malam kamu..
devintaca.tumblr.com

Tanpa Kepastian..

Entah harus ku sebut apa perasaan ini.
Saat melihatmu ada perasaan yang timbul secara tiba-tiba. Aku mulai menyukai senyumanmu. Saat aku mendengar suaramu ada perasaan yang timbul secara tiba-tiba. Aku mulai menyukai kata-katamu. Saat aku melihatmu dengannya ada perasaan yang timbul secara tiba-tiba. Aku mulai mengerti bahwa ini cinta.

Bagaimana mungkin kita bisa bersama jika sampai saat ini kita tak saling mengungkapkan. Bagaimana mungkin aku bisa membuka hati ini jika kau sendiri tak memberikan perhatianmu padaku. Kita sudah bersahabat sejak satu tahun yang lalu, lalu apakah wajar jika aku menyayangi sahabatku sendiri? apakah perasaan ini wajar?
Temanku pernah menyuruhku untuk membuka hati, dan mungkin ini saatnya. Membuka hati untuk mu. Tapi ada satu hal yang masih membuatku bingung, kau tak pernah menunjukkan perhatianmu, kau tak pernah menunjukkan kalau kau menyayangiku. Bagaimana aku bisa membuka hati ini lebar-lebar? aku hanya takut terluka lagi, sayang. Aku pernah beberapa kali terluka, dan itu sakit.
Bahkan sampai saat ini, saat aku mulai berharap hubungan ini bisa lebih dari pertemanan, kau belum juga mengungkapkan perasaanmu padaku. Memangnya aku ini apa? Aku bukan jemuran yang bisa kau gantung seenaknya. Wanita juga butuh kepastian, setidaknya jika kau tidak menyayangiku, aku masih memiliki waktu untuk membuka hati untuk orang lain lagi. jangan menghabiskan waktu ku hanya untuk menunggu mu.
Yang aku takutkan hanya satu, rasa ini semakin membesar sedangkan kau hanya memberikanku harapan palsu. Entahlah, otakku sudah menyuruh untuk pergi, tapi hati kecilku menolaknya. Aku harap Tuhan memberikan yang terbaik untuk kita, sehingga tak ada lagi yang tersakiti, amin.
Untuk seseorang yang telah berhasil mengetuk pintu hatiku, Kamu…
Devintaca.tumblr.com

Selasa, 14 Januari 2014

Tak selamanya orang yang kamu percayai itu baik..

Untuk seseorang yang pernah aku cintai..
Kamu..

Saat aku menulis ini, mungkin kamu sudah bersamanya. Bersama seseorang yang kamu sayangi. Sejauh apapun kamu berusaha menyembunyikannya, aku tetap tahu. Karena, tatapan matamu tak sehangat dulu. Senyumanmu tak selebar dulu. Tindakanmu, cara bicaramu, semuanya berubah. Aku tahu selama ini kau mencintainya di belakangku. Beberapa kali aku memergokimu sedang tersenyum ke arahnya, padahal saat itu kau sedang bersamaku. Tak hanya itu sayang, saat kau beralasan tidak bisa menjemputku, aku tak sengaja melihatmu sedang bersama wanita itu. Wanita yang merebutmu dariku. Aku tak bermaksud mengucapkan ini, tapi memang itu kenyataannya. Dia tak sebaik yang kamu kira..

Perjumpaan kita waktu itu membuatku semakin yakin bahwa kau benar benar mencintainya. Kita bertemu di sebuah cafe yang ada di Jakarta. Saat itu kau membawa wanita itu bersamamu. Aku tak mengerti mengapa kau bisa mengajaknya sementara disini ada aku. Kemudian kau menghampiri au yang sedang menyantap makan siangku. Kau hanya berkata beberapa kalimat saja, dan itu sudah membuatku mengerti, bahwa selama ini aku salah memilihmu.

"Sa, maaf hubungan kita cuma bisa sampai disini. Aku tidak bisa melanjutkannya karena menurutku wanita ini lebih baik darimu"
Kau hanya mengucapkan kalimat itu dan hampir saja membuat jantungku copot. Aku hanya diam, mencoba menarik napas panjang dan berusaha untuk tetap sabar. Melihatku tidak ada respon, kau pu  pergi tanpa sepatah kata apapun. Dan itu menyakitkan..

Beberapa bulan setelah kejadian itu, kau mencoba menghubungiku lagi. Entah karena apa, tapi aku tidak peduli. Aku tetap menjalani rutiitasku seperti biasa, dengan dia, seorang pria yang berhasil merebut hatiku. Saat aku sedang bersamanya, tiba-tiba kau datang. Kau berusaha tetap ceria di hadapanku, padahal saat itu hatimu sedang hancur. Aku bisa melihat di pelupuk matamu, sayang. Kau menyapaku seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Kemudian kau mengajakku mengobrol tanpa memperdulikan seseorang yang sedang bersamaku.

Saat itu, kau menyesali perbuatannmu. Kau mengajakku untuk kembali menjalin hubungan, tidak semudah itu. Dulu kau meninggalkanku karena wanita lain, sekarang dengan mudahnya kau mengajakku balikan? begitu bodohnya kamu!

"wanita itu hanya menginginkan hartaku, dia tak sepenuhnya mencintaiku. Aku salah telah memberikan keputusan seperti itu, aku kira dia lebih baik darimu tapi nyatanya tidak"
Aku hanya mengangguk kecil, rasanya percakapan ini terasa begitu lama.

"memang penyesalan itu datangnya di belakang, kan aku sudah pernah bilang. Dia tak sebaik yang kamu kira"

Dari seseorang yang pernah kau sakiti,
*******