Kedekatan
kita selama ini terlalu singkat jika disebut pertemanan. Kedekatan ini juga
terlalu jauh jika disebut lebih dari teman. Kita sama-sama belum bisa melupakan
masa lalu, karena itulah kita bisa sedekat ini. Kedekatan ini semakin bertambah
ketika kita harus sama-sama membuka hati agar tidak berlarut dengan masa lalu.
Ya, kamu membuka hatimu untukku, begitu pula sebaliknya. Memang membutuhkan
waktu yang tidak sebentar, karena luka lama masih tersimpan.
Kau
mengembalikkan senyumanku yang dulu. Kau hadir dan membuatku merasakan rasa itu
lagi. Sapaan lembut disetiap pagi dan malammu membuatku luluh, dan membuatku
benar-benar siap membuka hati untuk orang baru, kamu.
Hari
berganti, kita semakin dekat. Bahkan kau juga lebih sering mengajakku pergi walaupun
hanya sekedar makan bersama. Semakin lama, perasaan ini semakin berbeda. Rasa
yang lebih dari teman, rasa ingin memiliki. Tapi perkataanmu semalam membuatku
ingin membuang jauh-jauh perasaan itu. Kau mengatakan bahwa kau sedang menyukai
wanita lain, dan aku tahu wanita itu bukan aku. Mungkin pernah, tapi sekarang
tidak.
Bagaimana
bisa, aku yang membuatmu untuk move on, tapi kau malah move on ke wanita lain.
Bagaimana bisa, aku yang hadir di setiap malammu tapi kau malah hadir disetiap
malamnya. Bagaimana bisa, aku yang mencintaimu dengan sangat dalam, tapi kau
malah mencintainya.
Sekarang
setelah semuanya sudah terlanjur terjadi, siapa yang harus disalahkan? Kita tidak
mungkin menyalahkan takdir, atau mungkin memang kita berdua yang salah? Ya, aku
yang salah karena telah menganggap semua perhatianmu nyata. Kamu pun salah
karena telah membuatku jatuh cinta.
Bahkan
sampai saat ini aku masih belum menemukan jawabannya. Aku masih bingung harus
menyebut hubungan kita ini apa? Tetapi aku sadar, bahwa selama ini kita sedang
bersama, bukan bersatu. Entah drama seperti apa yang sedang kau mainkan, yang
jelas aku terjebak, dan aku beneran sayang sama kamu.