Senin, 06 April 2015

Delapan Belas

 Terima kasih 17 tahunku. Sekarang semuanya sudah berlalu, banyak kenangan indah yang ku dapat disana. Pahit, manis, bahagia, kekecewaan, tangis, bahkan semua tawa sudah terlewat begitu saja. 10 hari yang lalu aku genap berusia 18 tahun. Tak terasa semua berjalan dengan begitu cepatnya. Masa kanak-kanakku sudah berakhir, kini di usia 18 tahun aku harus meninggalkan masa kanak-kanak itu. Aku harus terus berjalan menuju masa dewasa ku. Meninggalkan bukan berarti aku melupakannya. Akan aku ambil pelajaran dari setiap perjalanan yang telah aku lalui. Selamat datang delapan belas.

 Mengingat tentang 17 tahunku, tiba-tiba aku teringat sosoknya. Seorang pria yang membuat masa masa tujuh belas ku berwarna. Meskipun terkadang ia memberiku warna gelap, bukankah itu lebih baik daripada tidak berwarna sama sekali? Berbicara tentang itu, saat ini aku sedang sangat merindukannya. Aneh sekali, padahal kami seringkali bertemu, entah itu hanya bertatap muka ataupun berbicara singkat. Tapi sekarang, perasaan ini berbeda. Rasanya aku ingin menghabiskan waktu bersamanya, menatap bintang, bertukar cerita, dan melakukan banyak hal yang membuatnya tersenyum. Mungkin semua itu hanya harapan yang ku simpan dalam-dalam. Memangnya aku siapanya dia?

 “Love is just love, it can never be explained” Cinta tidak akan pernah bisa dijelaskan, itu benar. Bahkan sampai sekarang aku tidak mengerti mengapa aku bisa begitu menyukainya. Perasaan ini mengalir begitu saja. Tanpa ku sadari, ketika melihat dia tertawa, hatiku juga ikut tertawa, meskipun terkadang tawanya bukan karena diriku. Rasanya aku ingin menjadi satu satunya alasan dia tersenyum, tetapi kenyataannya tidak. Di luar sana, banyak yang bisa membuat simpul manis di bibirnya, dan aku hanya orang yang bisa menikmati senyumnya dari kejauhan. Aku tak pernah dia jadikan alasan mengapa dia tersenyum. Aku tak pernah dia jadikan tujuan, mungkin aku hanya tempat persinggahan untuknya.

Kapan aku bisa jadi prioritasmu?  Mungkin sekarang aku hanya kau jadikan pilihan, lebih parahnya lagi; pilihan terakhir. Bukankah aku tak pernah kau jadikan prioritas? Aku selalu di urutan paling akhir untukmu.

 Hey, do you feel what i feel too? Apakah kamu merasakan hal yang juga ku rasakan? Ketika pesan darimu berhasil membuatku tersenyum. Aku menyukainya. Menyukai setiap perbincangan kita. Meskipun terkadang engkau menyebalkan, tetapi aku tetap suka. Mungkin benar, cinta datang karena terbiasa. Aku sudah terbiasa denganmu. Aku sudah menghabiskan beberapa waktuku untuk mu; untuk mengingatmu, menuliskan semua tentangmu. Aku menyukainya. Sudah hampir 9 bulan kita dekat, tapi apakah tetap begini saja? Entahlah, aku pun tidak mengetahui jawabannya. Biarkan semua mengalir, akan ada saatnya, akan tiba waktunya.

 Terimakasih tujuh belasku yang begitu indah. Aku akan mengingat keidahan itu. Terimakasih tujuh belasku yang sedikit menyakitkan. Meskipun banyak air mata yang ku buang disana, tetapi aku masih tetap bisa tersenyum. Engkau salah satu alasannya. Selamat datang delapan belas. Semoga di sini aku menemukan kebahagiaan baru, harapan baru, yang mungkin akan ada cerita baru di dalamnya. Semoga tetap akan ada kamu di cerita ini.

Untuk kamu, pelangi yang mewarnai cerita ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar