Sebelum membaca ini, salah satu penulis favorite ku pernah
bilang bahwa “tidak semua yang saya tulis adalah saya, dan tidak semua yang
kamu baca adalah kamu-Dwitasari”
Hai. Sudah lama kita jadi canggung seperti ini. Semua itu berawal
ketika aku tahu bahwa kau mencintai wanita lain. Wanita itu bukan aku. Masih
ingatkah kamu tentang kejadian ini? Perbincangan terakhir kita yaitu pada saat
kita sedang makan bersama di sebuah cafe. Kau bilang padaku, bahwa kamu juga
mencintai wanita itu. Wanita yang kamu tunggu-tunggu. Wanita yang berhasil
membuatmu jatuh cinta. Apakah pada saat itu kau tau perasaanku? Apakah kau
mengerti, bagaimana rasanya menjadi wanita yang terlanjur mencintai sahabatnya
sendiri?
Setelah kejadian itu, semuanya berbeda. Kita tak lagi
bertegur sapa saat bertemu. Bahkan menoleh ke arahmu pun aku tidak mau. Terlalu
amat sakit untuk menjelaskan semuanya. Rasanya aku ingin membencimu, tapi semua
itu mustahil. Rasa ini lebih besar daripada rasa benciku kepadamu. Hampir
beberapa minggu kita tidak saling berbicara. Bahkan ketika kau menuliskan pesan
singkat untukku, tidak ada niat sedikit pun untuk membalasnya. Hingga akhirnya
kau memulai pembicaraan terlebih dahulu. Perkataanmu itu membuatku sadar, bahwa
yang aku lakukan selama ini salah. “Kenapa kamu jadi seperti ini? Kenapa pesan
singkat dariku tak pernah kau balas? Aku tidak suka kamu yang seperti ini. You
changed”
Akibat perkataanmu itu, aku kembali seperti dulu. Aku mulai
membalas pesan singkatmu. Kita mulai bertegur sapa kembali, dan kau berhasil
membuatku memiliki rasa ini (lagi). Beberapa bulan setelah itu, kau mematahkan
harapanku. Ingatkah kamu? saat kau mengadakan acara di rumah mu. Kau
memperkenalkan dia. Wanita yang telah berhasil menaklukan hatimu. Tentu saja
itu bukan aku. Hal yang mustahil. Apakah kamu tahu bagaimana perasaanku saat
itu? Ingin rasanya aku menangis saat itu juga. Tapi aku sadar, meskipun aku
menangis selama mungkin, kau tetap tidak akan mengarahkan pandanganmu ke
arahku.
Aku bingung pada semua ini. Setelah kejadian itu, kau
bertindak seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Kau bertindak seperti sedang tidak
menyakiti siapa pun. Kau tetap mengirimkan pesan singkat untukku. Kau tetap
bertindak seolah-olah kau menyukaiku. Aku tidak peduli hal itu. Karena bisa
saja, itu hanya rangkaian kata yang kau buat. Bukankah dulu kau pun pernah
begitu? Bertindak seolah kau punya rasa, padahal kau juga punya rasa untuk
wanita lain. Hal itu yang membuatku takut untuk mempercayaimu kembali.
Anehnya lagi, ketika wanita yang kamu pilih tidak sesuai
dengan harapanmu. Kau kembali ke arahku. Kau menanyakan kabarku dan bertindak seperti
dulu lagi, saat pertama kali kau membuatku jatuh cinta. Tetapi sampai saat ini
aku tidak begitu memperdulikanmu. Yang aku takutkan, kamu hanya menjadikanku
pelarian saat wanita yang kamu pilih, mengabaikanmu.
Dari aku, wanita yang sering membohongi perasaannya sendiri.
Demi melihatmu bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar